Pariwara

Baru Mampu Penuhi 23 Persen, Mengejar Swasembada Protein Hewani

Kaltim Tak Miliki Kawasan Peternakan, 70 Persen Masih Dipasok Dari Luar

Garda.co.id, Samarinda – Kaltim belum bisa memenuhi kebutuhan protein hewani mandiri, karena lebih dari 70 persen produk hewani berasal dari luar daerah. Sedangkan yang  mampu dipenuhi lokal hanya sekitar 23 persen, baik hewan ternak maupun produk beku hewan ternak yang berasal dari sentra-sentra peternakan, yang  ada di beberapa Kabupaten/Kota di Kaltim.

“Kebutuhan akan protein hewani  bisa di-support  dari Sapi-Sapi lokal yang berasal dari beberapa Kabupaten/Kota, sebanyak 23 persen atau hanya mampu menyediakan 2.000 ekor dari  50.000 ekor setiap tahunnya yang dipasok ke Kaltim dari luar daerah,“ Ungkap drh Diah Anggraini, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim, Kamis (12/5/2022).

Oleh karena itu, pihaknya berusaha untuk meningkatan populasi hewan ternak dengan berbagai macam program kebijakan. Salah satunya dengan melalui Desa Korporasi Sapi, di Waru Penajam Paser Utara (PPU).

Kemudian ada program SI KOMANDAN (Sapi Kerbau Andalan Negeri), termasuk pengendalian pemotongan Sapi betina produktif sebagai salah satu upaya untuk peningkatan populasi. Sapi betina yang masih produktif, tidak boleh dipotong.

“Tapi  pada dasarnya populasi ternak kita, dari dulu juga memang masih rendah. Jadi untuk bisa swasembada, populasinya harus kurang lebih 600.000 hingga 650.000 ekor Sapi, dan kita masih dalam posisi hanya mampu menyediakan 120.0000 ekor. Ini masih jauh,“ beber Diah.

Untuk itulah kerja sama dengan OPD terkait, saling berkolaborasi menurut Diah, telah dilakukan. Termasuk dengan Dinas Perkebunan akan ditingkatkan kembali, untuk integrasi Sapi-Sawit.

“Begitu juga kolaborasi dengan Sektor Pertambangan, dengan pemanfaatan lahan eks Tambang untuk Peternakan Sapi atau lainnya,” imbuh Diah.

BACA JUGA :  Serapan Anggaran Disdikbud Belum Maksimal, Deni Sebut Efeknya Pada Pembangunan

Diah mengakui jika kendala swasembada protein hewani adalah, karena secara teknis Kaltim tidak punya Kawasan Peternakan.

“Peternakan yang ada adalah peternakan tradisional yang menumpang di kawasan Perkebunan atau Pertambangan, walau semua sektor sudah kita lakukan koordinasi. Namun ke depannya, kita ingin punya Kawasan Peternakan,“ harapnya.

Diah berharap Kaltim bisa beternak dengan konsep bisnis, bukan hanya secara tradisional.

“Kita ingin memelihara ternak dengan tidak cara tradisional, tapi beternak dengan berpikiran secara bisnis, “ sambungnya.

Sedangkan untuk panen ternak, Diah mengatakan, dengan program penggemukan akan lebih cepat. Karena kalau program pengembangan akan butuh waktu lama, karena harus  menunggu hewan berkembang biak.

“Adapun program penggemukan hewan ternak adalah dengan cara memberikan makanan yang tidak hanya rumput tetapi perlu konsentrat, serta penanganan kesehatan hewan ternak.” pungkasnya.(DK/ADV/KominfoKaltim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

59 + = 65

Back to top button