Reses Komisi IV Maswedi, Warga Keluhkan Lahan Pertanian Kurang Produktivitas
Garda.co.id, Samarinda – Reses Dewan berguna untuk menyerap aspirasi masyarakat. Ada berbagai persoalan yang menjadi keluhan masyarakat, seperti pada masyarakat wilayah kecamatan Samarinda Utara yang mengeluhkan kerusakan lahan pertanian mereka akibat adanya aktivitas tambang ilegal.
Pertambangan ilegal adalah kegiatan memproduksi mineral atau batubara yang dilakukan oleh masyarakat atau perusahaan tanpa memiliki izin, tidak menggunakan prinsip pertambangan yang baik, serta memiliki dampak negatif bagi lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial. Dari sisi lingkungan, tambang ilegal akan menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, merusak hutan apabila berada di dalam kawasan hutan, dapat menimbulkan bencana lingkungan, mengganggu produktivitas lahan pertanian dan perkebunan, serta dapat menimbulkan kekeruhan air sungai dan pencemaran air.
Hal ini mendapat tanggapan dari Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Maswedi selaku dapil Samarinda Utara. Sebab dalam masa reses, ia banyak menerima aduan warga, khususnya yang berasal petani yang gagal tanam akibat lahannya tak subur lagi akibat aktivitas tambang ilegal.
“Yang namanya tambang ilegal, pasti berdampak besar bagi lingkungan sekitar. Dengan ini saya minta Pemkot Samarinda bersama aparat penegak humuk untuk menindak pelaku secara tegas,” ungkapnya
Selanjutnya iya sampaikan, berdasarkan pengakuan dari warga yang bekerja sebagai petani, biasanya dalam satu tahun bisa menanam hingga tiga kali. Terutama kerusakan lahan pertanian warga di kawasan Bayur, Betapus, hingga Lempake di Kecamatan Samarinda Utara.
“Sekarang hanya menanam sekali, karena banyak yang gagal tanam,” ujarnya.
Selain itu, adanya air kiriman dari pertambangan yang langsung menuju persawahan warga, dan membuat kesuburan dan produktivitas lahan pertanian berkurang. Diketahui air yang masuk telah bercampur lumpur, sehingga ada pencemaran pada perairan sawah.
“Kita tangani secara serius, jangan tunggu lahan pertanian benar-benar rusak. Aliran air dibawa dari Bayur, lewati Betapus dan sampailah di lahan pertanian warga Lempake,” demikian Maswedi.(Mr/Adv)